Kerabat Tentara Rusia Kecam Putin Karena Mengirim Wajib Militer 'Ke Pembantaian'
POIN UTAMA
- Para wanita tersebut mengatakan bahwa tentara dijanjikan pelatihan selama dua minggu
- Para wanita tersebut juga mengatakan bahwa Putin berjanji bahwa tentara hanya akan bekerja secara eksklusif di belakang
- Rusia telah kehilangan lebih dari 159.000 personel militer dalam perang di Ukraina sejak Februari tahun lalu
Sekelompok istri dan ibu tentara Rusia baru-baru ini mengecam Presiden Vladimir Putin karena mengirim orang yang mereka cintai "ke pembantaian" dalam perang di Ukraina.
Para wanita itu mengatakan para wajib militer "dipaksa bergabung dengan kelompok penyerangan" pada awal Maret meskipun tidak diberi amunisi atau perbekalan yang memadai dan hanya menjalani empat hari pelatihan sejak mereka dipanggil sebagai bagian dari mobilisasi parsial Putin pada September tahun lalu. Para wanita mengatakan orang yang mereka cintai awalnya dijanjikan pelatihan selama dua minggu.
"Suamiku... terletak di garis kontak dengan musuh. [Orang-orang] kami yang dimobilisasi dikirim seperti anak domba ke pembantaian untuk menyerbu daerah berbenteng - lima orang sekaligus, melawan 100 orang musuh bersenjata berat," seorang wanita kata dalam video yang dibagikan oleh saluran Telegram independen Rusia SOTA , menambahkan bahwa Putin berjanji kepada tentara bahwa mereka hanya akan bekerja secara eksklusif di belakang.
"Mereka siap untuk melayani tanah air mereka tetapi sesuai dengan spesialisasi yang telah mereka latih, bukan sebagai stormtroopers. Kami meminta Anda menarik orang-orang kami dari garis kontak dan memberikan artileri dan amunisi kepada para artileri," lanjutnya.
Selain itu, video tersebut juga memperlihatkan para wanita tersebut memegang tanda dalam bahasa Rusia yang berbunyi: "580 Divisi Artileri Howitzer Terpisah, 11 Maret 2023."
The International Business Times tidak dapat memverifikasi secara independen klaim yang dibuat dalam video tersebut.
Tahun lalu, Putin memerintahkan mobilisasi parsial yang akan memanggil 300.000 tentara cadangan Rusia dengan harapan memperkuat pasukannya di Ukraina. Perintah tersebut memicu protes yang jarang terjadi di seluruh negeri dan menyebabkan sekitar 1.200 penangkapan, menurut Associated Press . Perintah tersebut juga menyebabkan eksodus orang Rusia ke Dubai, Istanbul, Armenia, Kazakhstan, Georgia, dan Turki dalam upaya menghindari wajib militer.
Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina tanpa alasan pada Februari 2023. Sejak itu, tentara Moskow kehilangan total 159.090 personel militer dalam pertempuran, menurut perkiraan dari Kementerian Pertahanan Ukraina. Angka tersebut termasuk 1.090 tentara yang tewas selama beberapa hari terakhir.
© Copyright IBTimes 2024. All rights reserved.