Ekonomi yang dilanda perang, minimnya hak asasi manusia, dan kemiskinan telah membuat warga Afghanistan putus asa, dengan ribuan orang ingin meninggalkan negara itu. Ratusan warga, termasuk wanita dan anak-anak, bergegas ke bandara Kabul setelah mendengar bahwa penerbangan bantuan ke Turki akan diberangkatkan pada Rabu untuk membantu korban gempa.

Beberapa video dari kejadian tersebut muncul di media sosial, memperlihatkan orang-orang berlarian menuju bandara dalam kegelapan.

Wartawan lokal Saeedullah Safi juga memposting video kerumunan orang yang berkumpul di bandara Kabul setelah mendengar desas-desus bahwa kedutaan Turki berencana untuk "menerbangkan warga Afghanistan untuk membantu pekerjaan bantuan."

Turki dan Suriah dilanda gempa berkekuatan 7,8 minggu ini. Lebih dari 20.000 orang sekarang diketahui telah tewas dalam gempa dahsyat tersebut.

"Saya mendengar bahwa Turki mengeluarkan orang, jadi saya pikir saya bisa pergi dan membantu orang yang membutuhkan," kata ANC News mengutip seorang warga Kabul, Abdul Ghafar. "Juga ini bisa menjadi kesempatan bagi saya untuk mencari jalan keluar dari negara tersebut," tambahnya.

Tetapi mereka semua harus kembali setelah pejabat Taliban menjelaskan bahwa tidak ada penerbangan seperti itu ke Turki.

Khalid Zadran, juru bicara kepala polisi Kabul, mengatakan bahwa situasi telah kembali normal pada Kamis pagi. Dia juga mengimbau masyarakat untuk tidak mengganggu ketertiban umum dengan "kebohongan tak berdasar".

"Beberapa orang telah menyebarkan desas-desus bahwa orang yang tidak berdokumen dikirim ke Turki dari bandara Kabul, atau pesawat Turki telah tiba dan orang yang tidak berdokumen dibawa kembali ke negara itu," tulisnya dalam sebuah posting Twitter .

Meninggalkan negara bukanlah pilihan yang mudah bagi warga Afghanistan, karena komunitas global belum mengakui rezim Taliban. Mereka terpaksa hidup dalam kemiskinan ekstrim dan hampir tidak memiliki hak asasi manusia.

Hampir 24 juta orang di negara itu menghadapi kelaparan akut, sementara 8,7 juta menghadapi kelaparan. Sebuah laporan PBB mengatakan bahwa segera 97% warga Afghanistan akan hidup di bawah garis kemiskinan; jutaan dari mereka sudah tinggal di kamp pengungsi, tulis Aljazeera.

Pemerintah Afghanistan sebelumnya sangat bergantung pada bantuan asing. Setelah Taliban mengambil alih negara itu, komunitas global menghentikan bantuan ke Afghanistan, mempersulit tidak hanya rezim tetapi juga warga negara biasa.

Afganistan
Komunitas internasional menghadapi tindakan penyeimbangan yang sulit untuk mendapatkan bantuan yang sangat dibutuhkan bagi warga Afghanistan tanpa mendukung pemerintahan Taliban Foto: AFP / KARIM JAAFAR IBTimes UK