POIN UTAMA

  • Kremlin telah kehilangan banyak tempat di Ukraina, tetapi masih berencana untuk mendapatkan kembali cengkeramannya
  • Pejabat intelijen AS dan Eropa bertanya-tanya apakah Rusia memiliki sumber daya untuk ofensif baru
  • Rusia memperingatkan AS agar tidak mengirim tank M1 Abrams ke Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan merencanakan serangan baru di Ukraina, meski menderita kerugian besar sejak invasi dimulai pada 24 Februari 2022.

Selain merencanakan upaya baru untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang di Ukraina, Rusia juga berencana untuk masuk ke dalam konflik dengan AS dan sekutunya yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, sumber mengatakan kepada Bloomberg .

Orang-orang yang dekat dengan Kremlin juga mengatakan serangan baru dapat dimulai paling cepat Februari atau Maret, sekitar waktu yang sama ketika perang Ukraina akan menyelesaikan peringatan satu tahunnya.

Dengan ofensif terbaru, Rusia berencana untuk menekan Ukraina dan sekutu Barat lainnya untuk mencapai semacam gencatan senjata yang akan membawa Kyiv di bawah kendali Kremlin, pejabat, penasihat, dan lainnya yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada Bloomberg.

Menurut sumber tersebut, Putin yakin kesediaan tentaranya untuk menerima korban akan membantu Rusia memenangkan perang, meskipun negara lain meragukan kemampuannya saat ini.

Musim gugur yang lalu, Rusia mengerahkan 300.000 pasukan tambahan ke Ukraina. Sekarang, pejabat intelijen AS dan Eropa bertanya-tanya apakah Rusia memiliki sumber daya untuk serangan baru yang besar.

Sementara itu, ketegangan antara Rusia dan sekutu Barat Ukraina memanas setelah beberapa negara berkomitmen untuk mengirim tank berkekuatan tinggi dan peralatan militer lainnya ke Ukraina, untuk memukul mundur Moskow.

AS telah setuju untuk mengirim lusinan tank M1 Abrams ke militer Ukraina setelah berbulan-bulan argumen oleh pemerintahan Joe Biden bahwa tank-tank itu terlalu sulit untuk dioperasikan oleh pasukan Ukraina. Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Anatoly Antonov, menyebut langkah itu sebagai "provokasi terang-terangan" terhadap Moskow, dan memperingatkan kehancuran jika AS benar-benar mengirim Abrams.

Jerman juga setuju untuk mengirimkan tank Leopard 2 ke Ukraina, setelah itu Rusia memberi label kendaraan lapis baja itu "bom nuklir kotor", dan memperingatkan "sponsor Barat dari mesin militer Kyiv" agar tidak mengirimnya.

Mateusz Morawiecki, perdana menteri Polandia, dalam sebuah wawancara dengan outlet Kanada CTV News juga mengatakan negaranya berencana mengirim 60 tank modern buatan Soviet lainnya, termasuk PT-91 Twardy, ke Ukraina, selain 14 tank Leopard 2.

Presiden Rusia Putin bertemu dengan Kepala Republik Bashkortostan Khabirov di Ufa
Presiden Rusia Vladimir Putin sedang merencanakan serangan baru di Ukraina. IBTimes US